“Pada 4 Mei 1949, kesebelasan Torino yang begitu digdaya menguasai sepakbola Italia, meraih Scudetto kelima berturut-turut mereka. Kecelakaan pesawat yang menewaskan seluruh skuat mengubah tawa menjadi tangis bagi seluruh warga Italia.”
Kotak pos itu berdiri tegap depan halaman rumah kapten Torino, Valentino Mazzola, yang begitu padat dengan tumpukan surat dari para tifosi. Sembari menghabiskan waktu kosongnya saat sedang libur berlatih, Mazzola akhirnya mencoba untuk membuka kotak pos dan mengambil seluruh isinya sambil melihat-lihat surat yang datang.
Ternyata di sana terdapat satu surat dari sahabatnya asal Portugal yang merupakan pesepakbola terkenal kala itu, Francisco Jose Ferreira. Setelah dibuka, ternyata kapten Benfica tersebut menyampaikan undangannya pada Torino untuk menghadiri partai testimoni. Hal tersebut dilakukan atas rasa penasaran Ferreira terhadap kekuatan Torino. Ya, wajar saja, sebab Benfica sangat jarang untuk bertemu Torino karena mereka hanya akan bertemu di pertandingan kompetisi Eropa. Dan itu tidak dapat dipastikan waktunya. Ferreira dan Benfica pun tak ingin menunggu terlalu lama.
“Untuk Valentino, sahabatku. Saat ini kalian merupakan kesebelasan terkuat di Eropa. Saya yakin, dengan kehadiran kalian masyarakat pasti akan berduyun-duyun datang memenuhi stadion partai testimoni saya.”
Mazzola pun akhirnya merespons baik permintaan sahabatnya dengan memberi balasan jika ia akan menyampaikan permohonan kepada Novo (Presiden Torino) yang kebetulan sang Presiden juga mengidolakan Ferreira.
Petinggi Torino pun tidak keberatan. Asalkan Mazzola dan pemain yang lainnya tetap tampil maksimal saat berlaga melawan Inter Milan yang digelar satu hari sebelumnya. Pertandingan berakhir imbang 0-0, tetapi itu sudah cukup bagi Torino untuk memastikan diri keluar sebagai juara. Dengan persembahan Scudetto kelima secara beruntun akhirnya sang Presiden menepati janjinya kepada pemain kesayangannya.
Pagi, 3 Mei 1949 Il Toro berangkat ke Lisbon dengan membawa 18 pemain inti dan 5 staf pelatih. Duel berlangsung di malam harinya. Dengan susanan stadion yang sesuai ramalan Ferreira, stadion disesaki puluhan ribu orang untuk melihat penampilan kesebelasan terbaik di Eropa.
Pertandingan berjalan sangat seru dan menghibur. Tujuh gol terjadi dalam pertandingan testimoni tersebut. Pada akhirnya tuan rumah, Benfica, keluar sebagai pemenang dengan skor tipis 4-3. Mazzola menyudahi pertandingan dengan riuh tepuk tangan penonton yang puas dan pelukan hangat dari sahabat Portugalnya.
Kotak pos itu berdiri tegap depan halaman rumah kapten Torino, Valentino Mazzola, yang begitu padat dengan tumpukan surat dari para tifosi. Sembari menghabiskan waktu kosongnya saat sedang libur berlatih, Mazzola akhirnya mencoba untuk membuka kotak pos dan mengambil seluruh isinya sambil melihat-lihat surat yang datang.
Ternyata di sana terdapat satu surat dari sahabatnya asal Portugal yang merupakan pesepakbola terkenal kala itu, Francisco Jose Ferreira. Setelah dibuka, ternyata kapten Benfica tersebut menyampaikan undangannya pada Torino untuk menghadiri partai testimoni. Hal tersebut dilakukan atas rasa penasaran Ferreira terhadap kekuatan Torino. Ya, wajar saja, sebab Benfica sangat jarang untuk bertemu Torino karena mereka hanya akan bertemu di pertandingan kompetisi Eropa. Dan itu tidak dapat dipastikan waktunya. Ferreira dan Benfica pun tak ingin menunggu terlalu lama.
“Untuk Valentino, sahabatku. Saat ini kalian merupakan kesebelasan terkuat di Eropa. Saya yakin, dengan kehadiran kalian masyarakat pasti akan berduyun-duyun datang memenuhi stadion partai testimoni saya.”
Mazzola pun akhirnya merespons baik permintaan sahabatnya dengan memberi balasan jika ia akan menyampaikan permohonan kepada Novo (Presiden Torino) yang kebetulan sang Presiden juga mengidolakan Ferreira.
Petinggi Torino pun tidak keberatan. Asalkan Mazzola dan pemain yang lainnya tetap tampil maksimal saat berlaga melawan Inter Milan yang digelar satu hari sebelumnya. Pertandingan berakhir imbang 0-0, tetapi itu sudah cukup bagi Torino untuk memastikan diri keluar sebagai juara. Dengan persembahan Scudetto kelima secara beruntun akhirnya sang Presiden menepati janjinya kepada pemain kesayangannya.
Pagi, 3 Mei 1949 Il Toro berangkat ke Lisbon dengan membawa 18 pemain inti dan 5 staf pelatih. Duel berlangsung di malam harinya. Dengan susanan stadion yang sesuai ramalan Ferreira, stadion disesaki puluhan ribu orang untuk melihat penampilan kesebelasan terbaik di Eropa.
Pertandingan berjalan sangat seru dan menghibur. Tujuh gol terjadi dalam pertandingan testimoni tersebut. Pada akhirnya tuan rumah, Benfica, keluar sebagai pemenang dengan skor tipis 4-3. Mazzola menyudahi pertandingan dengan riuh tepuk tangan penonton yang puas dan pelukan hangat dari sahabat Portugalnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar