Selasa, 08 September 2015

Sindikat Mafia dan Bobroknya Sepakbola Sisilia

Selatan Italia memang punya nama besar. Ia tak melulu tentang Napoli dan Maradona-nya. Dari Pulau Sardinia, hadir Luigi Riva yang membawa Cagliari Calcio menjuarai Liga Italia tahun 1970. Penyerang kidal yang biasa dipanggil Gigi ini juga berhasil mencetak gol terbanyak pada musim yang sama.

Pernah ada cerita lucu sekaligus bikin ngilu pernah dialaminya saat ia dan rekan-rekannya di Cagliari sedang menjalani sesi latihan. Barangkali dulu, sesi latihan klub tidak setertutup sekarang. Seorang bocah menyaksikannya latihan, ia duduk di belakang gawang. Tanpa sengaja, Gigi yang memang terkenal dengan akurasi tendangan kerasnya itu menendang bola ke arah gawang. Bola masuk ke gawang, namun si anak yang duduk tepat di balik jaring gawang juga kena getahnya, ia mengalami patah tulang lengan.

Tapi memang Maradona-lah yang pernah memantik cerita tentang selatan Italia vs utara Italia. Diego memang orang asing, pendatang dari Argentina. Namun orang asing ini pada akhirnya menjadi pahlawan sekaligus "tuhan" buat orang-orang Napoli. Di era Maradona itulah Napoli berhasil merebut dua gelar scudetto, satu piala UEFA, Copa Italia dan Supercoppa Italiana.

Keberhasilan Napoli merebut deretan gelar tak hanya berbicara soal siapa yang menjadi peringkat satu atau dua. Kemenangan kali ini bisa menjadi semacam bukti kalau sesekali, orang-orang selatan yang dipinggirkan, yang dicap sebagai biang kerok dan beban negara itu, bisa juga menang melawan orang-orang utara yang kaya.

Istilah keberhasilan perlawanan rakyat selatan sering dibawa-bawa jika membahas adidayanya Napoli di era Maradona. Namun yang menjadi pertanyaan, sebenarnya siapa dan apa yang dilawan oleh orang-orang Italia Selatan ini?

Cerita tentang kesenjangan antara wilayah selatan dan utara Italia bukan barang baru. Wilayah utara Italia adalah wajah Italia yang melambangkan kemakmuran, modernisasi dan kemajuan di sana-sini. Sementara bagian selatan ibarat tempat isolasi kaum miskin. Di selatan Italia, kisah yang diperdengarkan turun-temurun adalah kisah tentang kekumuhan.

Robert Putnam, seorang profesor ilmu politik dari Universitas Harvard, memandang keberadaan modal sosial berkorelasi secara positif dengan penguatan berbagai institusi demokrasi. Bahkan melebihi itu semua, modal sosial juga berbanding lurus dengan keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi.

Tesis Putnam ini didukung oleh studi komparatifnya di Italia Utara dan Italia Selatan. Putnam menemukan bahwa di Italia Utara yang relatif maju tingkat industrialisasinya memiliki kekayaan modal sosial yang lebih melimpah dibanding Italia Selatan.

Italia Utara juga dikenal dengan komune. Semacam kelompok masyarakat yang dibentuk secara sukarela, agaknya mirip dengan asosiasi. Konon, komune inilah yang berperan besar dalam merawat dan mengembangkan tradisi kewargaan dalam masyarakat Italia Utara.

Sementara Italia Selatan bukannya tak punya komune. Mereka pun memiliki, hanya saja tidak sebaik komune yang ada di Utara. Apalagi jika menyadari kalau kehidupan sosial masyarakat Italia Selatan menunjukkan gelagat dan kecenderungan ketidakpercayaan sosial.

Halaman: 1 2 3 4
{ Read More }


IconIconIconFollow Me on Pinterest
//add jQuery library