Sabtu, 27 Februari 2010

A.C. Milan

Associazione Calcio Milan (dipanggil A.C. Milan atau Milan saja) adalah sebuah klub sepak bola Italia yang berbasis di Milan. Mereka bermain dengan seragam bergaris merah-hitam dan celana putih (terkadang hitam), sehingga dijuluki rossoneri ("merah-hitam"). Milan adalah tim tersukses kedua dalam sejarah persepakbolaan Italia, menjuarai Seri A 17 kali dan Piala Italia lima kali.

Klub ini didirikan pada tahun 1899 dengan nama Klub Kriket dan Sepak bola Milan (Milan Cricket and Football Club) oleh Alfred Edwards, seorang ekspatriat Inggris[3]. Sebagai penghormatan terhadap asal-usulnya, Milan tetap menggunakan ejaan bahasa Inggris nama kotanya (Milan) daripada menggunakan ejaan bahasa Italia Milano.

" Saremo una squadra di diavoli. I nostri colori saranno il rosso come il fuoco e il nero come la paura che incuteremo agli avversari!" -Herbert Kilpin-

Klub ini didirikan oleh dua orang ekspatriat Inggris , yaitu Herbert Kilpin dan Alfred Edwards dengan nama Klub Kriket dan Sepakbola Milan pada tahun 16 Desember 1899. Pada saat itu, Edwards menjadi Presiden klub pertama Milan dan Kilpin menjadi kapten tim pertama Milan. Musim 1901, Milan memenangkan gelar pertamanya sebagai jawara sepakbola Italia, setelah mengalahkan Genoa C.F.C. 3-0 di final Kejuaraan Sepakbola Italia. Pada 1908, sebagian pemain dari Italia dan para pemain dari Swiss yang tidak menyukai dominasi orang Italia dan Inggris dalam skuad inti Milan saat itu, memisahkan diri dari Milan dan membentuk Internazionale.

Bila dihitung berdasarkan total banyaknya gelar, maka Milan adalah klub tersukses di Seri A, dengan total raihan lebih dari 29 trofi, dan salah satu klub tersukses di dunia bersama Boca Juniors[10], dengan rekor 14 trofi Eropa dan 4 trofi dunia. Milan juga mengenakan bintang tanda bahwa mereka memenangi lebih dari 10 gelar Seri A. Ditambah lagi, Milan juga memakai Lambang Penghargaan UEFA di seragam mereka karena memenangi lebih dari lima gelar Liga Champions.

* SERIE A

* Juara (17): 1901; 1906; 1907; 1950-51; 1954-55; 1956-57; 1958-59; 1961-62; 1967-68; 1978-79; 1987-88; 1991-92; 1992-93; 1993-94; 1995-96; 1998-99; 2003-2004
* Runner-up (14): 1902; 1947-48; 1949-50; 1951-52, 1955-56, 1960-61; 1964-65; 1968-69; 1970-71; 1971-72; 1972-1973; 1989-90; 1990-91; 2004-05
* Seri B:

* Juara (2): 1980–81; 1982–83

* Copa Italia:

* Juara (5): 1966–67; 1971–72; 1972–73; 1976–77; 2002-03
* Runner-up (7): 1941–42; 1967–68; 1970–71; 1974–75; 1984–85; 1989-90; 1997-98

* Piala Super Italia:

* Juara (5): 1988; 1992; 1993; 1994; 2004
* Runner-up (3): 1996; 1999; 2003

* Piala/Liga Champions:

* Juara (7): 1962-63; 1968-69; 1988-89; 1989-90; 1993-94; 2002-03; 2006-07
* Runner-up (4): 1957-58; 1992-93; 1994-95; 2004-05

* Piala Super Eropa

* Juara (5): 1989; 1990; 1994; 2003; 2007
* Runner-up (2): 1973; 1993

* Coppacoppe.png Piala Winners:

* Juara (2): 1967–68; 1972–73
* Runner-up (1): 1973–74

* Piala Interkontinental / Piala Dunia Antarklub FIFA:

* Juara (4):1969; 1989; 1990; 2007
* Runner-up (4): 1963; 1993; 1994; 2003

Kejuaraan lainnya

* Piala Latin (Piala yang paling penting bagi klub-klub Eropa pada tahun 40-an dan 50-an. Diselenggarakan sejak 1949 hingga 1957 antara juara-juara Perancis, Italia, Portugal dan Spanyol. Kejuaraan ini menghilang setelah dimulainya Piala Champions.):

* Juara (3): 1951; 1956
* Runner-up (1): 1953

* Piala Mitropa:

* Juara (1): 1981-82

* Piala Kejuaraan Dubai

* Juara (1): 2009

* Trofeo Santiago Bernabéu

* Juara (2): 1988, 1990
* Runner-up (1): 1999

* Trofeo Luigi Berlusconi

* Juara (11): 1992, 1993, 1994, 1996, 1997, 2002, 2005, 2006, 2007, 2008,
2009
{ Read More }


Minggu, 21 Februari 2010

Gabriele Sandri & Fenomena Ultras



Sepakbola Italia alias calcio (sekali lagi) berkalang duka, nyawa manusia tertagih selagi event Lega Serie-A hendak dilangsungkan. Menjelang pertandingan di giornata 12, Gabriele “Gabbo” Sandri, Laziale (tifosi klub Societa Sportiva (SS) Lazio) berumur 26 tahun yang juga seorang disc jockey tenar di Roma, menjadi korban kesekiankali dari ganasnya kompetisi calcio.

Sandri terkulai di dalam mobilnya di jalan bebas hambatan Badia al Pino Arezzo setelah peluru dari pistol Beretta 92 caliber 9 mm milik seorang polizia bernama Luigi Spaccararotella “nyasar” menembus lehernya.

Kematian Sandri sendiri hanya berjarak 9 bulan 9 hari dari insiden Catania. Saat itu, usai derby Sisilia antara Catania vs. Palermo, pecah keributan yang melibatkan tifosi Catania dengan tifosi Palermo. Namun yang terjadi kemudian justru perkelahian antara tifosi Catania, yang kecewa timnya kalah, dengan pihak polisi yang bermaksud membubarkan massa.

Dari bentrok brutal tersebut Filippo Raciti, seorang inspektur polizia, tewas setelah diupayakan penyelamatan selama empat jam di rumah sakit Garibaldi. Menurut versi polisi, Raciti tewas akibat penganiayaan dengan benda keras yang diakhiri dengan pelemparan bom Molotov, yang meledak di mukanya, oleh fans Catania.

Dampak langsung peristiwa ini bagi Catania yaitu terusir dari kandangnya, Stadion Angelo Massimino, dan harus melangsungkan sisa pertandingan kandang mereka di tempat netral tanpa penonton. Selain itu, Catania juga dikenai denda sebesar 50.000 euro.

Tak cukup sekadar menghukum Catania, FIGC (Federazione Italia Giuoco Calcio) dengan memberlakukan Legge Pisanu yaitu standar keamanan stadion yang ditetapkan oleh pemerintah Italia. Diantaranya yaitu, mewajibkan adanya kamera kontrol di setiap sudut stadion, penomoran dan penamaan tiket, juga kualitas pengamanan yang terjamin.

Polizia: Common Enemy Solidarity

Kematian polisi oleh ulah suporter dan terbunuhnya suporter karena peluru polisi pada akhirnya menimbulkan berbagai spekulasi. Pasca meninggalnya Sandri pun berkembang prasangka bahwa terdapat upaya rekayasa dari pihak polizia untuk membalas dendam pada kelompok suporter.

Akibatnya sungguh fatal, kematian Sandri memancing reaksi kemarahan & menumbuhkan solidaritas antar suporter, yang berbeda aliran politik dan klub favorit, di seantero Italia juga di berbagai negara yang lain.Menurut kantor berita ANSA, di banyak kota seperti Bergamo, Milan, Parma, Roma, Taranto dan Turin, para suporter terutama yang militan dan berhaluan keras (ultra) meledakkan kemarahannya pada polisi.

Di Bergamo, ultras Atalanta dan AC Milan mengabaikan rivalitas diantara mereka dan menjadikan polisi sebagai musuh bersama. Mulanya, membuat keributan kecil diluar lapangan, kemudian memaksa wasit Massimiliano Saccani untuk menghentikan pertandingan yang baru berjalan tujuh menit dengan melemparkan berbagai benda ke lapangan, dan memecahkan barikade kaca yang memisahkan tribun dengan lapangan.

Situasi tak lebih baik terjadi di ibukota Italia, seperti yang diwartakan oleh majalah World Soccer edisi Desember 2007. Meski pertandingan AS Roma vs Cagliari dibatalkan para pendukung banyak yang datang ke stadion Olimpico untuk protes. Sekali lagi, suporter AS Roma dan SS Lazio mengesampingkan rivalitas mereka dan memusatkan amarah mereka pada dua titik strategis yaitu markas Komite Olimpiade Nasional Italia (CONI) dan kantor polisi terdekat.

Dengan berbekalkan pentungan dan memakai topeng, ratusan orang membakar tempat sampah, bus polisi dan beberapa kendaraan. Di akhir kekacauan empat orang ultras ditahan, 70 polisi terluka, dan estimasi kerugian mencapai £75,000.

Halaman: 1 2 3
{ Read More }


IconIconIconFollow Me on Pinterest
//add jQuery library