
Sepakbola Italia alias calcio (sekali lagi) berkalang duka, nyawa manusia tertagih selagi event Lega Serie-A hendak dilangsungkan. Menjelang pertandingan di giornata 12, Gabriele “Gabbo” Sandri, Laziale (tifosi klub Societa Sportiva (SS) Lazio) berumur 26 tahun yang juga seorang disc jockey tenar di Roma, menjadi korban kesekiankali dari ganasnya kompetisi calcio.
Sandri terkulai di dalam mobilnya di jalan bebas hambatan Badia al Pino Arezzo setelah peluru dari pistol Beretta 92 caliber 9 mm milik seorang polizia bernama Luigi Spaccararotella “nyasar” menembus lehernya.
Kematian Sandri sendiri hanya berjarak 9 bulan 9 hari dari insiden Catania. Saat itu, usai derby Sisilia antara Catania vs. Palermo, pecah keributan yang melibatkan tifosi Catania dengan tifosi Palermo. Namun yang terjadi kemudian justru perkelahian antara tifosi Catania, yang kecewa timnya kalah, dengan pihak polisi yang bermaksud membubarkan massa.
Dari bentrok brutal tersebut Filippo Raciti, seorang inspektur polizia, tewas setelah diupayakan penyelamatan selama empat jam di rumah sakit Garibaldi. Menurut versi polisi, Raciti tewas akibat penganiayaan dengan benda keras yang diakhiri dengan pelemparan bom Molotov, yang meledak di mukanya, oleh fans Catania.
Dampak langsung peristiwa ini bagi Catania yaitu terusir dari kandangnya, Stadion Angelo Massimino, dan harus melangsungkan sisa pertandingan kandang mereka di tempat netral tanpa penonton. Selain itu, Catania juga dikenai denda sebesar 50.000 euro.
Tak cukup sekadar menghukum Catania, FIGC (Federazione Italia Giuoco Calcio) dengan memberlakukan Legge Pisanu yaitu standar keamanan stadion yang ditetapkan oleh pemerintah Italia. Diantaranya yaitu, mewajibkan adanya kamera kontrol di setiap sudut stadion, penomoran dan penamaan tiket, juga kualitas pengamanan yang terjamin.
Polizia: Common Enemy Solidarity
Kematian polisi oleh ulah suporter dan terbunuhnya suporter karena peluru polisi pada akhirnya menimbulkan berbagai spekulasi. Pasca meninggalnya Sandri pun berkembang prasangka bahwa terdapat upaya rekayasa dari pihak polizia untuk membalas dendam pada kelompok suporter.
Akibatnya sungguh fatal, kematian Sandri memancing reaksi kemarahan & menumbuhkan solidaritas antar suporter, yang berbeda aliran politik dan klub favorit, di seantero Italia juga di berbagai negara yang lain.Menurut kantor berita ANSA, di banyak kota seperti Bergamo, Milan, Parma, Roma, Taranto dan Turin, para suporter terutama yang militan dan berhaluan keras (ultra) meledakkan kemarahannya pada polisi.
Di Bergamo, ultras Atalanta dan AC Milan mengabaikan rivalitas diantara mereka dan menjadikan polisi sebagai musuh bersama. Mulanya, membuat keributan kecil diluar lapangan, kemudian memaksa wasit Massimiliano Saccani untuk menghentikan pertandingan yang baru berjalan tujuh menit dengan melemparkan berbagai benda ke lapangan, dan memecahkan barikade kaca yang memisahkan tribun dengan lapangan.
Situasi tak lebih baik terjadi di ibukota Italia, seperti yang diwartakan oleh majalah World Soccer edisi Desember 2007. Meski pertandingan AS Roma vs Cagliari dibatalkan para pendukung banyak yang datang ke stadion Olimpico untuk protes. Sekali lagi, suporter AS Roma dan SS Lazio mengesampingkan rivalitas mereka dan memusatkan amarah mereka pada dua titik strategis yaitu markas Komite Olimpiade Nasional Italia (CONI) dan kantor polisi terdekat.
Dengan berbekalkan pentungan dan memakai topeng, ratusan orang membakar tempat sampah, bus polisi dan beberapa kendaraan. Di akhir kekacauan empat orang ultras ditahan, 70 polisi terluka, dan estimasi kerugian mencapai £75,000.
Sandri terkulai di dalam mobilnya di jalan bebas hambatan Badia al Pino Arezzo setelah peluru dari pistol Beretta 92 caliber 9 mm milik seorang polizia bernama Luigi Spaccararotella “nyasar” menembus lehernya.
Kematian Sandri sendiri hanya berjarak 9 bulan 9 hari dari insiden Catania. Saat itu, usai derby Sisilia antara Catania vs. Palermo, pecah keributan yang melibatkan tifosi Catania dengan tifosi Palermo. Namun yang terjadi kemudian justru perkelahian antara tifosi Catania, yang kecewa timnya kalah, dengan pihak polisi yang bermaksud membubarkan massa.
Dari bentrok brutal tersebut Filippo Raciti, seorang inspektur polizia, tewas setelah diupayakan penyelamatan selama empat jam di rumah sakit Garibaldi. Menurut versi polisi, Raciti tewas akibat penganiayaan dengan benda keras yang diakhiri dengan pelemparan bom Molotov, yang meledak di mukanya, oleh fans Catania.
Dampak langsung peristiwa ini bagi Catania yaitu terusir dari kandangnya, Stadion Angelo Massimino, dan harus melangsungkan sisa pertandingan kandang mereka di tempat netral tanpa penonton. Selain itu, Catania juga dikenai denda sebesar 50.000 euro.
Tak cukup sekadar menghukum Catania, FIGC (Federazione Italia Giuoco Calcio) dengan memberlakukan Legge Pisanu yaitu standar keamanan stadion yang ditetapkan oleh pemerintah Italia. Diantaranya yaitu, mewajibkan adanya kamera kontrol di setiap sudut stadion, penomoran dan penamaan tiket, juga kualitas pengamanan yang terjamin.
Polizia: Common Enemy Solidarity
Kematian polisi oleh ulah suporter dan terbunuhnya suporter karena peluru polisi pada akhirnya menimbulkan berbagai spekulasi. Pasca meninggalnya Sandri pun berkembang prasangka bahwa terdapat upaya rekayasa dari pihak polizia untuk membalas dendam pada kelompok suporter.
Akibatnya sungguh fatal, kematian Sandri memancing reaksi kemarahan & menumbuhkan solidaritas antar suporter, yang berbeda aliran politik dan klub favorit, di seantero Italia juga di berbagai negara yang lain.Menurut kantor berita ANSA, di banyak kota seperti Bergamo, Milan, Parma, Roma, Taranto dan Turin, para suporter terutama yang militan dan berhaluan keras (ultra) meledakkan kemarahannya pada polisi.
Di Bergamo, ultras Atalanta dan AC Milan mengabaikan rivalitas diantara mereka dan menjadikan polisi sebagai musuh bersama. Mulanya, membuat keributan kecil diluar lapangan, kemudian memaksa wasit Massimiliano Saccani untuk menghentikan pertandingan yang baru berjalan tujuh menit dengan melemparkan berbagai benda ke lapangan, dan memecahkan barikade kaca yang memisahkan tribun dengan lapangan.
Situasi tak lebih baik terjadi di ibukota Italia, seperti yang diwartakan oleh majalah World Soccer edisi Desember 2007. Meski pertandingan AS Roma vs Cagliari dibatalkan para pendukung banyak yang datang ke stadion Olimpico untuk protes. Sekali lagi, suporter AS Roma dan SS Lazio mengesampingkan rivalitas mereka dan memusatkan amarah mereka pada dua titik strategis yaitu markas Komite Olimpiade Nasional Italia (CONI) dan kantor polisi terdekat.
Dengan berbekalkan pentungan dan memakai topeng, ratusan orang membakar tempat sampah, bus polisi dan beberapa kendaraan. Di akhir kekacauan empat orang ultras ditahan, 70 polisi terluka, dan estimasi kerugian mencapai £75,000.
Thank infonya,,,,,,,,,,,,,,così fresco grazie per le informazioni
BalasHapusTidak masalah.
Hapus