Senin, 03 Agustus 2015

Kebencian Florence Kepada Turin

 Dari Florence, kota kecil berpenduduk 300 ribu, dunia berubah. Kota berbunga nan indah yang kini lebih diidentikkan sebagai tujuan wisata. Lembaran sejarah memang mencatatkan bahwa tanah Florence-lah yang melahirkan dan membesarkan rennaissance sebelum mewabah ke seluruh penjuru Eropa.

Ya, Florence menelurkan banyak pemikir, seniman, ilmuwan, dan politikus ulung yang mewarnai dunia baru. Mulai dari Dante, Michelangelo, Galileo, Machiavelli, Leonardo Da Vinci, dan banyak lainnya. Para pemikir dan artisan inilah yang mengembalikan kedigdayaan barat dari tangan orang timur. Dan, hingga kini, bangunan-bangunan tua dari abad rennasissance masih tetap tegak kokoh, penanda bahwa kota ini sempat jadi pusat peradaban manusia berada.

Berbeda dengan kota-kota lain di Italia, semisal Roma atau Turin, kota Florence hanya punya satu klub yang bisa diandalkan, Fiorentina. Rival sekota mereka, Siena, sudah terbenam di Serie-B. Itu pun dengan catatan bahwa Siena tak punya sejarah bagus di kancah sepakbola Italia.

Jika dilihat dalam skala lebih besar lagi, di regional provinsi Tuscani, saingan klub profesional Fiorentina paling banter hanya Empoli, Livorno, dan Pisa. Nama-nama itu tentu masih kalah tenar ketimbang Fiorentina. Tak heran jika Fiorentina sepi konflik dan jarang terlibat skandal.

Sampai akhirnya ketenangan itu diusik oleh Juventus "Si Rakus dari Turin" --menyadur julukan yang dilontarkan Keluarga Medici kepada keluarga Savoy-- pada awal dekade 1980-an.

Sejak abad pertengahan, Florence dan Turin memang selalu saja memiliki konflik. Lewat persaingan dua keluarga ningrat: House of Medici yang tinggal Florence dan House of Savoy mewakili Turin.

Dari segi kekuasaan, keluarga Medici hanya menguasai Tuscani, lain hal dengan Keluarga Savoy yang menguasai Italia keseluruhan. Kendati demikian, lewat ekonomi, keluaga Medici mampu menguasai Italia lewat jalur Medici Bank, sebuah bank terbesar di Eropa pada abad 15.

Karena itu Florence dikenal sebagai tanah para bankir, pemikir, dan politikus. Hal itulah yang kadang dibenci oleh sang pemegang kuasa di Turin. Kebencian ini ditularkan ke daerah-daerah lain. Sebuah pemikiran pun lahir yang menyatakan bahwa Florence sebagai tempat para kapitalis, para lintah darat, bandit-bandit yang berlindung di balik darah ningrat.

Scudetto yang Tercuri

Lima abad kemudian, lewat sepakbola, kebencian itu kembali terjadi. Muhammad Kusnaeni, atau sosok yang akrab disapa Bung Kus, dalam buku berjudul "Sepakbola Italia" menulis bahwa dalam klub Fiorentina memang dibenci di seluruh tanah Italia.

Halaman: 1 2 3 4

Like the Post? Do share with your Friends.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

IconIconIconFollow Me on Pinterest
//add jQuery library